TUGAS KELOMPOK
TEORI KOMUNIKASI
Soal :
Salah
satu kajian ilmu komunikasi adalah mengenai kelompok dan organisasi dimana
salah satu teorinya adalah Groupthink oleh Irving Janis. Silahkan baca lebih
lanjut mengenai teori ini dalam refensi buku Pengantar Teori Ilmu Komunikasi
Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 1, oleh Richard West & Lynn H. Turner,
Penerbit Salemba Humanika, tahun 2008, hal. 2735-291. Atau memanfaatkan refensi
lainnya* mengenai teori ini. Jawab dan bahaslah dengan teman dikelompok anda
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada hal. 110 np.2-5. Apabila anda tidak
mempunyai buku tersebut, berikut ini pertanyaan-pertanyaan tersebut (kecuali
yang no.1 di bawah ini):
1. Apa
yang dibahas dalam teori Groupthink?
2. Janis
dan Hart t telah mengemukakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
groupthink. Berikan paling tidak dua cara tambahan untuk mencegah groupthink.
Jelaskan dengan spesifik dan berilah contoh.
3. Apakah
anda pernah berada dalam kelompok kecil dengan tingkat kohesivitas tinggi? Jika
pernah, apakah terjadi groupthink? Jika benar, bagaimana anda mengetahuinya?
Jika tidak, apa yang mencegah terjadinya groupthink?
4. Dalam
bukunya Groupthink, Janis bertanya jika sedikit pengetahuan mengenai groupthink
merupakan hal yang berbahaya. Mengapa menurut anda Janis menanyakan pertanyaan
ini dan apa konsekuensi dari mengetahui tentang groupthink? Berikan contoh
dalam penjelasan anda.
5. Seberapa
luaskah penyebaran groupthink? Apakah anda percaya bahwa masyarakat menyadari
masalah ini? Diskusikan tanggapan anda dengan menggunakan contoh.
Jawaban No. 1:
1. Apa
yang dibahas dalam teori Groupthink?
Adapun
yang dibahas didalam Groupthink adalah sebagai berikut :
Disini kita akan melihat salah satu dari
teori Janis yang lebih sering dikenal sebagai Hipotesis Groupthink. Janis
menguji beberapa rincian mengenai pembuatan keputusan dalam kelompok. Dengan
menekankan pada pemikiran kritis, Ia menunjukkan bagaimana kondisi tertentu
dapat mengarah kepada tingginya kepuasan suatu kelompok namun dengan hasil yang
tidak efektif.
Groupthink didefinisikan sebagai suatu
cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan
kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang
ada.
Groupthink merupakan hasil langsung dari
kohesivitas kelompok yang pertama kali dibahas secara mendalam oleh Kurt Lewin
sekitar tahun 1930 dan sejak saat itu menjadi sebuah variable penting dalam
keefektifitasan kelompok. Kohesivitas adalah sebuah tingkatan dari ketertarikan
antar sesama anggota dalam kelompok.
Kohesivitas merupakan sebuah hasil dari
sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa tujuan mereka dapat dipenuhi di dalam
kelompok. Hal ini tidak membutuhkan kesamaan sikap, namun setiap anggota dari
kelompok tersebut saling bergantung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama
yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam suatu kelompok,
semakin tinggi tekanan yang diberikan kepada setiap anggota.
Kohesivitas dapat menjadi sesuatu yang
baik karena membawa anggota kelompok dalam satu kesatuan dan meningkatkan hubungan
antar pribadi. Meskipun Janis tidak menyangkal akan kebaikan dari kohesivitas,
namun Ia menyadari akan bahayanya. Salah satunya adalah, tingginya tingkat
kohesivitas pada suatu kelompok dapat memungkinkan anggotanya untuk memberikan
energi yang lebih banyak dalam rangka menjaga keutuhan kelompok agar tidak
retak ketika mereka membuat keputusan bersama. Terkadang hal ini dilakukan agar
mereka diakui dalam kelompoknya.
Konflik yang terjadi pada kelompok yang
mempunyai tingkat kohesivitas rendah biasanya adalah perdebatan dan perseteruan
mengenai suatu masalah.
Janis
> groupthink dapat menghasilkan 6 hal yang tidak baik :
1. Kelompok
membatasi pembahasan mereka hanya pada beberapa alternatif tanpa
mempertimbangkan kemungkinan lain. Solusinya mungkin tampak nyata dan sederhana
bagi kelompok, dan hanya sedikit eksplorasi mengenai ide lainnya.
2. Pendapat
yang awalnya disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah dipelajari ulang
untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan. Dengan kata lain, kelompok tidak
kritis dalam mempelajari suatu masalah untuk menemukan solusinya. (tidak ada
evaluasi)
3. Kelompok
tidak berhasil mempelajari pendapat yang awalnya tidak disukai oleh mayoritas.
Pendapat minoritas secara langsung ditolak dan dihindari.
4. Kelompok
tidak berusaha untuk mencari pendapat ahli. Mereka merasa puas dengan diri
mereka sendiri dan merasa terancam dengan orang luar.
5. Kelompok
menyeleksi berbagai informasi. Mereka lebih berkonsentrasi pada apa yang
mendukung ide mereka.
6. Kelompok
merasa percaya diri dengan ide yang mereka miliki tanpa memikirkan rencana
cadangan. Tidak peduli apakah ide mereka berjalan dengan baik ataupun tidak.
Semua ini merupakan hasil dari kurangnya
informasi dan rasa percaya diri yang tinggi akan kelompoknya.
Janis mengemukakan bahwa groupthink
ditandai dengan beberapa gejala :
1. ilusi ketangguhan
yang tercipta karena adanya sikap optimistis yang tinggi. Ada pengertian yang
begitu kuat mengatakan bahwa “Kami tahu apa yang kami lakukan jadi jangan
mengacaukan keadaan”.
2. kelompok
menciptakan usaha kolektif untuk merasionalisasikan
tindakan yang telah mereka putuskan.
3. kelompok
mempertahankan keyakinan yang tidak dapat dibantahkan dalam moralitas yang terkandung di dalamya,
melihatnya sebagai sesuatu yang harus dilakukan demi mencapai hasil yang diinginkan.
4. orang
luar dipandang sebagai orang yang jahat, lemah dan tidak mengerti apa – apa.
5. tekanan langsung diberikan
pada setiap anggota bukan untuk mengungkapkan opini yang bertentangan.
Perbedaan pendapat dengan cepat dimusnahkan, dan ini mengarah pada gejala yang
keenam yaitu
6. penyensoran diri
dari perselisihan.
7. ilusi
bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat
8. otomatis
menjaga mental untuk mencegah atau
menyaring informasi-informasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan
oleh para penjaga pikiran kelompok (mindguards).
Hal-hal
yang perlu dilakukan untuk menghindari efek negatif dari groupthink adalah
sebagai berikut:
1. Menyampaikan
secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja
konsekuensinya.
2. Ditekankan
perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain.
3. Meminta
evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan
menguraikan keraguan.
4. Tunjuk
satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.
5. Saat
tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat
kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari
setiap anggota.
6. Menyediakan
cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan
mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan
lainnya yang dinilai membahayakan.
7. Setelah
keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi
kembali dalam kesempatan yang berbeda.
8. Menyediakan
waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna
mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.
9. Membuka
kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka
di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok.
10. Membuat
beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk
bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan.
Faktor
– faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu :
1. Faktor
Anteseden
Kalau
hal – hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka
keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal
– hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan
yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor
Kebulatan Suara
Kelompok
yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran
kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak.
3. Faktor
Ikatan Sosial – Emosional
Kelompok
yang ikatan sosial – emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok,
sedangkan kelompok yang ikatannya legas dan berdasarkan tegas belaka cenderung
lebih rendah pikiran kelompoknya.
4. Toleransi
Terhadap Kesalahan
Pikiran
kelompok lebih besar kalau kesalahan – kesalahan dibiarkan daripada tidak ada
toleransi atau kesalahan – kesalahan yang ada.
Contoh
dari Teori Groupthink :
Perusahaan
A yang bergerak di bidang konstruksi bangunan memenangkan sebuah tender untuk
membangun sebuah jembatan di daerah padat penduduk. Jembatan ini akan
diletakkan di atas sungai yang melintasi daerah tersebut. Karena mendapatkan
tempat seperti itu, para anggota tim berpikir sedemikian rupa untuk
menggambarkan sebuah model jembatan yang cocok diletakkan ditengah – tengah
kawasan pemukiman padat penduduk. Ketua tim percaya bahwa komposisi dan model
yang Ia ajukan pada presentasi merupakan model yang paling cocok. Ia pun
berhasil meyakinkan anggota tim lainnya agar mengikuti pilihannya. Pada saat
itu, salah seorang anggota tim menyadari bahwa ada yang salah dengan komposisi
pilar jembatan pada gambar rancangan ketua tim. Namun, Ia tidak mengungkapkan
hal itu karena mayoritas anggota kelompok telah menyetujui pendapat sebelumnya.
Ia takut bahwa pendapatnya akan membuat kacau rencana yang telah disetujui.
Akhirnya
setelah beberapa bulan, pembuatan jembatan pun selesai. Tak lama setelah
jembatan berdiri dengan kokohnya ditengah – tengah pemukiman penduduk, jembatan
tersebut rubuh dan memakan korban yang sedang melintas di atas jembatan. Ketika
diteliti ulang, hal ini disebabkan karena kurang kokohnya pilar jembatan untuk
menopang jembatan itu.
Setelah
kecelakaan ini, salah seorang dari anggota tim yang dulu tidak berani
mengemukakan pendapatnya lalu berbicara mengenai hal yang baru saja terjadi.
Mendengar hal itu, anggota tim lainnya pun sadar bahwa mereka telah melakukan
kesalahan dulu. Jika saja mereka mau mendengarkan pendapat selain pendapat
mayoritas kelompok, hal ini tidak akan terjadi. Kini mereka belajar dari
pengalaman mereka. Mereka mulai menghargai pendapat orang lain.
Jawaban No. 2:
2. Janis dan Hart t telah mengemukakan
beberapa cara untuk mencegah terjadinya groupthink. Berikan paling tidak dua
cara tambahan untuk mencegah groupthink. Jelaskan dengan spesifik dan berilah
contoh.
Menurut kelompok kami, mungkin cara lain yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya Groupthink yaitu:
1.
Mendesak tiap individu/anggota kelompok
untuk bersuara atau mengeluarkan pendapat mereka masing-masing, dan menghargai
pendapat individu tersebut walaupun mereka memiliki pendapat yang berbeda
dengan anggota kelompok yang lainnya.
Contohnya:
Misalnya di dalam suatu komunitas terdapat masalah, hal yang dilakukan
untuk mendapatkan jalan keluar yaitu dengan cara berdiskusi bersama-sama.
Antara satu anggota dengan anggota yang lainnya saling mengeluarkan pendapat.
Pemimpin menampung pendapat pendapat yang ada, dan menghargai apabila ada
pendapat salah satu anggota yang sangat berbeda dari anggota lainnya. Lalu
langkah terakhir yaitu membuat kebijakan yang sesuai dengan suara terbanyak
sesuai dengan apa yang telah didiskusikan.
2.
Mengevaluasi kembali kebijakan yang akan
dibuat, dengan cara menanyakan kembali kepada anggota kelompok, sebelum
diambilnya keputusan akhir.
Contoh :
Misalnya dalam suatu komunitas ingin menetapkan kebijakan, sebelum
kebijakan tersebut dikeluarkan, maka seharusnya kebijakan itu dievaluasi
kembali, apakah itu dengan cara didiskusikan kembali ke anggota kelompok, atau
dengan cara mendengar referensi baik itu insternal atau eksternal.
Contoh kasus Groupthink:
Kasus Sri Mulyani dapat dengan terang menjelaskan asumsi-asumsi diatas,
dimana, kohesivitas terjadi pada saat keputusan ini diambil. Terlihat bagaimana
kader-kader Partai Demokrat mempertahankan keputusan itu secara bersama-sama
dan solid pada setiap kesempatan berkomunikasi dengan publik dan media. Akibat
dari diambilnya kebijakan tersebut oleh Presiden SBY, dan dilanjutkan dengan
dibentuknya Sekretariat Bersama Partai-Partai Koalisi, dengan Ketua Hariannya
adalah Aburizal Bakrie, semakin menguatkan opini pada publik, bahwa Sri Mulyani
sengaja dikorbankan oleh Presiden SBY untuk mempertahankan stabilitas kekuasaan
dan pemerintahannya dari tekanan oposisi dan Partai-Partai koalisi yang dalam
kasus Century berbalik menekan dan bergabung dengan pihak oposisi. Hal ini
semakin merendahkan wibawa Presiden RI dengan mengalah pada tekanan-tekanan
politis yang dari sisi hukum positif belum tentu benar. Bahwa keputusan yang
diambil tidaklah melalui pertimbangan ahli, mengabaikan pendapat kalangan
perbankan dan moneter, dan juga bisa dianggap mengorbankan reformasi birokrasi
didalam tubuh kementerian Keuangan yang sedang dijalankan dengan keras oleh Sri
Mulyani. Bagaimana rasa keadilan publik menjadi terganggu, ketika seorang
petinggi partai golkar mengatakan bahwa dengan mundurnya Sri Mulyani dan pembentukan
Sekretariat Bersama ini, kasus century dapat dihentikan. Hal ini mendukung
opini yang berkembang bahwa telah terjadi sebuah transaksi politik pada elit
pimpinan negeri ini yang mengarah pada Kartel Politik, dimana pada Kartel
Politik, yang dikorbankan adalah rakyat.
Secara teori, kesemuanya itu disebabkan kurangnya pemikiran kritis dalam
kelompok yang kohesif dan kepercayaan diri yang berlebih dari kelompok. Hal ini
ditandai dengan beberapa gejala yaitu yang pertama adalah kekebalan ilusi (illusion
of invulnerability) dimana menciptakan sebuah udara optimisme yang tidak
semestinya. Yang kedua adalah kelompok menciptakan usaha kolektif untuk
merasionalisasikan serangkaian tindakan yang telah ditetapkan. Ketiga adalah
kelompok menjaga sebuah kepercayaan yang tidak terpatahkan dalam moralitas yang
inherent, melihat dirinya sendiri yang termotivasi dan bekerja untuk hasil yang
terbaik. Gejala yang keempat adalah pemimpin yang berasal dari luar kelompok
di-stereotype-kan sebagai jahat, lemah, dan bodoh. Kelima adalah tekanan
langsung mendesak anggota untuk tidak mengungkapkan pendapat yang berlawanan.
Perselisihan akan cepat padam yang akan membawa pada gejala ke enam yaitu
sensor diri (self cencorship) dari pertentangan, dimana anggota enggan bmenyampaikan
pendapat yang berlawanan dan menekan mereka untuk mengambil posisi yang sama.
Gejala yang ketujuh adalah adanya ilusi kesepakatan (ilusi unanimity) bersama
dalam kelompok. Jika keputusan telah diambil maka muncul pemikiran waspada
(mindguards) untuk melindungi kelompok dan pemimpin dari opini yang berlawanan
dan informasi yang tidak diinginkan.
Pada akhirnya, berkaitan dengan kasus Sri Mulyani ini, gejala-gejala diatas
dapat ditemukan secara jelas. Bagaimana Presiden SBY menebarkan optimisme yang
dangkal, bahwa Sri Mulyani pergi ke World Bank adalah sebuah prestasi, padahal
jabatan tersebut beberapa kali ditolak oleh Sri Mulyani. Kemudian, kelompok
pendukung Presiden dan kader-kader Partai Demokrat juga memperkuat hal ini
dalam setiap kesempatan komunikasi di media. Tidak adanya bocoran informasi
dari dalam kelompok Presiden SBY dan kader partai. Kemudian juga, bagaimana
dihembuskannya isu tentang Aburizal Bakrie, sebagai penyebab mundurnya Sri
Mulyani, yang memang memiliki beberapa masalah dalam bidang keuangan dan kasus
lapindo, dengan Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan. Semua gejala tersebut
sangat jelas dapat kita terjemahkan dari kasus tersebut.
seharusnya, Presiden SBY bisa lebih arif dalam mengambil keputusan
berkaitan dengan Sri Mulyani. Bahwa integritas Sri Mulyani, baik dalam hal
kompetensi bidang moneter maupun pada profesionalitas profesi, sangat diakui
didalam negeri maupun diluar negeri, yang seharusnya memberikan alasan untuk
mempertahankan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Jika saja keputusan
tersebut melibatkan lebih banyak orang, kader Partai Demokrat, ahli hukum,
politik dan ekonomi, serta bisa lebih peka pada kondisi negara yang sangat
membutuhkan pemimpin-pemimpin yang memiliki profesionalitas dan integritas yang
tinggi dan lebih menekankan pada kepentingan yang lebih besar daripada sekedar
mempertahankan stabilitas kekuasaannya, mungkin tidak harus dengan mendorong
Sri Mulyani menjadi pejabat di World Bank, tapi tetap memimpin Kementerian
Keuangan dan melanjutkan reformasi Birokrasi pada institusi yang sangat penting
bagi Republik Indonesia dan juga menjadi penentu dalam kemampuan finansial
pemerintah dalam menjalankan roda kenegaraan.
Jawaban No. 3 :
3. Apakah
anda pernah berada dalam kelompok kecil dengan tingkat kohesivitas tinggi? Jika
pernah, apakah terjadi groupthink? Jika benar, bagaimana anda mengetahuinya?
Jika tidak, apa yang mencegah terjadinya groupthink?
·
Janis menggunakan istilah groupthink
untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif
(terpadu) ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok
untuk mencapai kata mufakat telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai
alternatif-alternatif tindakan secara realistis
·
Apakah anda pernah dalam kelompok kecil
dengan tingkat kohesivitas tinggi?
Pernah
·
Jika pernah, apakah terjadi groupthink?
Pernah dan keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk
akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan
memiliki nilai moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu
berpengaruh dalam kelompok yang irrasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok
menjadi keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan
aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang
bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink biasanya
adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang sama, terasing
(tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan
yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.
·
Cara mengetahuinya , ketika anggota
kelompok mulai mempertahankan keinginannya dan menggambil keputusan tidak
sesuai dengan rasional nya
Dan
ada sekelompok orang yang terkena sindrom yang memiliki background yang
sama,dan berhasil mempengaruhi orang lain
Jawaban No. 4 :
4.
Menurut saya memang wajar Janis
mengatakan jika sediit pengetahuan mengenai groupthink maka akan sangat
berbahaya. Apalagi untuk individu yang terlibat dalam suatu komunitas kecil.
Pengetahuan menganai groupthink sangat dibutuhkan, agar tidak terjadi hal hal
yang negative naik itu untuk individu anggota kelompok itu sendiri atau untuk
anggota kelompok tersebut. Apabila banyak mengetahui pengetahuan tentang
groupthink, setidaknya dapat menghindari terjadinya groupthink disuatu
komunitas.
Jawaban
No. 5:
5. Seberapa
luaskah penyebaran groupthink? Apakah anda percaya bahwa masyarakat menyadari
masalah ini? Diskusikan tanggapan anda dengan menggunakan contoh.
v Menurut
Kelompok kami penyebaran Grouptink sudah sangat luas, dan sudah menyebar
keseluruh masyarakat di setiap negara di dunia. Baik itu dalam kelompok
masyarakat yang kecil maupun tang besar.
v Saya
percaya bahwa sebagian masyarakat ada yang menyadari masalah Groupthink ini,
yaitu bagi masyarakat yang memahami groupthink itu sendiri. Tetapi tidak
sedikit juga masyarakat indonesia yang tidak menyadari kasus ini, terlebih lagi
bagi masyarakat awam.
v Berikut
adalah beberapa contoh kasus Groupthink yang ada di Indonesia :
Kegaduhan
politik pragmatis di Indonesia bukan tidak mungkin sebagai gejala groupthink,
para politisi, penegak hukum, birokrat, teknokrat atau siapapun pihak yang
mengambil tindakan tertentu dan berdampak massif terhadap masyarakat, bisa saja
berilusi bahwa tindakan-tindakannya tidak akan merugikan pihak lain.
Sebagai
contoh, pembebasan Ayin (terpidana
pemberi suap Jaksa Urip), politisasi kasus Gayus Tambunan, pembiaran terhadap
kelompok agama radikal yang mengancam toleransi beragama, isu kegagalan
pemerintah, isu neoliberal, keterlambatan penanggulangan bencana, nuansa KKN
dalam seleksi CPNS di beberapa daerah, dll, dapat diindikasikan sebagai gejala
groupthink.
Lalu
bagaimana cara mengatasi gejala groupthink yang cenderung destruktif dan
berpotensi menjadi akumulasi masalah berkepanjangan di masa depan?
Irving
Janis menyatakan, groupthink dapat dihindari jika setiap pemimpin kelompok,
baik formal maupun informal menangguhkan penilaian, mendorong munculnya
berbagai kritik atas program ataupun keputusan yang diusulkan, mengundang
ahli-ahli dari kelompok luar, menugaskan satu atau dua orang anggota untuk
menjadi devil’s advocate guna menentang
pendapat mayoritas (sekalipun mereka sebenarnya setuju) dan
membuat-keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus.
Menyongsong
Indonesia baru, para pemimpin Indonesia di berbagai lini diharapkan mempunyai
persepsi sosial yang akurat. Persepsi sosial sendiri adalah proses menangkap
"arti" objek dan kejadian/peristiwa sosial yang dialami sebagai
sebuah aspek krusial.
Tanpa
persepsi yang akurat, tidak mungkin terjalin komunikasi yang efektif diantara
eksekutif, legislatif dan masyarakat. Sebagai contoh, persepsi sosial yang
akurat dari para pemimpin di Komisi DPR RI akan mencerminkan sensitivitas dalam
melihat permasalahan dan aspirasi masyarakat, untuk kemudian melakukan evaluasi
secara jelas dan tepat.
Persepsi
akurat ini hanya bisa diperoleh jika para wakil rakyat “turun gunung” untuk
mendengar langsung dan berdialog dengan masyarakat, dan tidak hanya menerima
pesan-pesan masyarakat yang diperoleh dari pihak lain atau tataran kader Parpol
di daerah yang cenderung bersikap “Asal Bapak Senang” namun manipulatif.
Pengenalan masalah adalah setengah perjalanan mencapai penyelesaian masalah itu
sendiri.
Diharapkan
melalui persepsi sosial yang kuat, para pemimpin Indonesia ke depan akan
memimpin rakyat dengan tidak hanya sekedar “menampung masalah” tetapi juga akan
lebih pro aktif menyelesaikan berbagai permasalahan.
Tentunya
hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemimpin tertinggi di negeri ini,
namun diharapkan dapat diadopsi sampai ke level yang terendah sekalipun di luar
struktur formal masyarakat, yakni kepemimpinan kolektif dalam jiwa
individu-individu masyarakat Indonesia yang nantinya mampu menciptakan “filter
sosial” dengan memilah-milah berbagai distorsi informasi dan provokasi yang
disebarkan para penggaduh politik yang semakin menjerumuskan rakyat negeri ini
ke lembah kebencian.
Referensi
:
http://www.slideshare.net/bumnbersatu/teori-groupthink
http://www.slideshare.net/bumnbersatu/groupthink-teori
http://www.scribd.com/doc/91835762/Komkel-Teori-Komunikasi-Kelompok
http://www.scribd.com/doc/90699070/Bagian-3-Teori-Janis-Mengenai-Group-Think