KARYA ILMIAH
Aspek-Aspek Bahasa dan Fungsi
Bahasa dalam Kehidupan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
waktu-waktu terakhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa,
selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang
lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua
orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa.
Begitu
pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan
adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada disekitar
manusia: peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuh, hasil cipta
karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun
dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.
Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap
orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar
belakangnya masing-masing.
Mengingat
pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu
sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai : bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota-anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Mungkin
ada orang yang berkeberatan dengan mengatakan
bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka
itu menunjukkan bahwa dua orang atau pihak dapat mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.
Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya, sejak
lama telah dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat.
Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa,
semua alat komunikasi sebagai disebut tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat
diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Dewasa ini sangat sulit bagi kita
untuk membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang begitu kompleks tanpa bahasa.
Walaupun
asap api, bunyi gendang dan sebagainya dalam keadaan yang sangat terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi,
tetapi semuanya bukanlah bahasa. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu
sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambang.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk lebih mudah
memahami makalah ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
·
Apakah hakikat dari aspek bahasa
·
Bagaimanakah fungsi bahasa dalam
kehidupan?
·
Apa tujuan kemahiran berbahasa
C.
Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah ini adalah :
·
Agar kita mengetahui aspek-aspek yang
terdapat dalam bahasa
·
Mudah mengetahui apa fungsi bahasa dalam
kehidupan
·
Mengetahui dari pada tujuan kemahiran berbahasa
D.
Manfaat
Manfaat dari pada
penyusunan makalah ini :
·
Mahasiswa mengetahui aspek, fungsi dan
tujuan kemahiran bahasa dan bisa diterapkan dalam kehidupan sosial Sebagai
acuan pembuatan makalah yang akan datang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aspek
Bahasa
Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah
yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang
diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca
indra.
Berarti
bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, dan arti atau makan yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan
barang atau hal yang diwakilinya itu.
Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (= yang dicerap
panca indra kita), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi
yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.
Arti
yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka.
Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna sebuah
kata tergantung dari konvensi (kesepakatan) masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing,
dog, hund, chien, atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat
bahasa itu masing-masing.
Dalam
sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar antara kata
dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada; untuk itu diusahakan
bermacam-macam keterangan mengenai timbulnya kata-kata dalam bahasa. Etimologi
merupakan hasil dari kelompok ini. Namun etimologi yang mula-mula timbul untuk
mendukung pendapat itu terlalu dibuat-buat sehingga sulit diterima. Usaha lain
yang mempertahankan pendapat itu adalah apa yang dikenal dengan onomatope (kata
peniru bunyi). Namun hal ini pun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan bahwa
tiap bunyi sebenarnya mengandung nilai-nilai tertentu, misalnya vokal a, u, o,
menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil dan tajam. Demikian pula
konsonan-konsonan melambangkan bunyi-bunyi tertentu. Dalam beberapa hal
barangkali dapat ditunjuk contoh-contoh yang mungkin menyakinkan. Tetapi
terlalu banyak hal yang akan menentang contoh-contoh tadi. Dengan demikian
pendapat lain lebih dapat diterima antara kata dan barang tidak terdapat suatu hubungan.
Hubungan itu bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi masyarakat bahasa yang
bersangkutan.
B.
Fungsi
Bahasa
Bila
kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang,
maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu
sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat
berupa:
1) Untuk
menyatakan ekspresi diri
Sebagai
alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala
sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan
keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain:
- Agar menarik perhatian orang lain
terhadap kita
- Keinginan untuk membebaskan diri kita
dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya
semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama
lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu
mulai dan di mana yang lain berakhir
sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai berkembang
sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah
dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika
mulai belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus
dan sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa;
keadaan hatinya, suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar
tekanan-tekanan jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai,
dan sebagainya. Menceritakan pada kita kenyataan ini.
2) Alat
komunikasi
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan,
dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.
Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa
lampaunya untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang
akan datang.
Dalam
pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat
dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya
kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita
membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi
bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi
yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh
lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa
wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini.
Bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan
perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil
dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Bila
kita menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia primitif masih
sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka masih sangat
rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta di pihak lain kita
mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau mengkonsumsikan
semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditegaskan
pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada
manusia-manusia primitif masih terbatas pula sesuai dengan keterbatasan
kebutuhan dan kemampuan intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia
bertambah serta kebudayaan dan kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu
turut pula berkembang untuk dapat menampung semua apa yang telah dicapai oleh
umat manusia sehingga komunikasi tidak mengalami kemacetan.
3) Alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa,
di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian
dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang
lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat
dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk
memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh
(pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui
bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat
istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan
dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam
sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan
tentram dan harmonis dengan masyarakat
itu ia harus menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu; untuk itu ia
memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan
dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam
tata karma masyarakat tersebut.
Bahasa-bahasa
menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing
tetap mengikat kelompoknya penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan
mempergunakan pula kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang
identik. Kata sebagai sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau
gagasan tertentu, tetapi ia juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah
laku seseorang.
4) Alat
untuk mengadakan kontrol sosial
Yang
dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan
tindak tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt;
yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat
tertutup (covert; yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi) Semua kegiatan
sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan
bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan, baik
tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk perbuatan atau
tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang
dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada bawahannya,
adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya akan
menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk
bawahannya.
Dalam
mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses
sosialisasi suatu masyarakat. Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan
dengan cara-cara berikut. Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam
masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian
berbicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan
persyaratan bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi ay penuh dalam
masyarakat tersebut. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana
kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh.
Mereka inilah yang menjadi penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Ketiga, bahasa melukiskan dan menjelaskan peran yang dilakukan oleh si anak
untuk mengidentifikasikan dirinya supaya dapat
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Dan keempat, bahasa
menanamkan rasa keterlibatan (atau sense of belonging atau esprit de corps)
pada si anak tentang masyarakat bahasanya.
Tujuan Kemahiran
berbahasa
Melihat
fungsi-fungsi bahasa sebagai dikemukakan di atas, terutama fungsi sebagai alat
komunikasi dan kontrol sosial, maka maksud utama dari buku ini ialah berusaha
untuk memberikan dasar-dasar guna memperoleh kemahiran berbahasa, baik dalam
penggunaan bahasa secara lisan secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau
diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.
Sebab
itu bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai,
yang tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir
mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang
dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain.
Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan
merupakan bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang
lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung
dapat diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki
tidak dapat segera mendapat tanggapan.
Latihan
kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan
mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif,
kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif,
menguasai struktur bahasa dan kosakata secara menyakinkan, menggunakan suara
dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat
dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini
perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, pengetahuan, perasaan dan
lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur
dan logis.
Dengan
demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat,
bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga
masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk
dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang
diinginkan. Dengan bahasa kita dapat
mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih tinggi
dari apa yang biasa dipakai oleh masyarakat umum.
Tingkat
kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat
berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berpikir, merasa dan
bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk
menyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas
dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau
kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor; ketepatan dan ketelitian maksud
pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti
yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
Manfaat Tambahan
Bisa
tujuan utama tercapai, yaitu sudah memperoleh kemahiran berbahasa, maka secara
implisit kita memperoleh pula beberapa macam kesanggupan lain.
Kesanggupan-kesanggupan tersebut yang akan muncul dengan sendirinya pada tahap seorang betul-betul mahir berbahasa
ialah :
a) Kita
lebih mengenal diri kita sendiri : kita bisa mengetahui sampai di mana
kesanggupan kita untuk mempengaruhi orang lain, betapa hidupnya imaginasi kita,
beberapa jauh dapat kita harapkan hasil dari pemikiran atau buah pikiran kita
Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan mudah menunjukkan kesalahan-kesalahan yang
dibuat orang lain, dapat memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang dilakukan
orang lain. Tetapi seketika kita diberi tugas untuk melakukan hal yang sama,
barulah kita menyadari bahwa tugas itu tidak semudah yang dapat kita bayangkan,
atau sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu
dengan latihan dan teori yang diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal
kekurangan kita, dan perlahan-lahan kita mengatasinya
b) Kita
lebih dalam memahami orang lain : komunikasi tidak bisa berjalan searah, harus
terjadi secara timbal balik. Biasanya dalam keadaan biasa kita mudah mengetahui
kekurangan orang-orang lain, bagaimana bahasanya, bagaimana keteraturan isi
pikirannya dan sebagainya. Tetapi karena
itu kita sendiri sudah mulai memahami diri kita sendiri mengenai
kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sendiri, maka kita pun secara tak langsung
menyadari pula kesulitan yang sama yang juga dihadapi orang lain. Dengan
demikian kita mengembangkan pula perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota
masyarakat, lebih dalam memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih
banyak mengenal motif-motif kemanusiaan yang universal.
c) Belajar
mengamati dunia sekitar kita dengan lebih cermat: dalam kehidupan sehari-hari
kita lebih banyak bertindak sebagai penonton dengan tidak memikirkan lebih
mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Tetapi seketika
kita memperoleh tugas untuk membahas suatu persoalan baru timbul masalah :
bagaimana harus membahas masalah itu secara mendalam, bagaimana harus
menguraikan persoalan itu sehingga jelas diterima oleh orang-orang lain. Mau
tidak mau kita harus mempelajari hal itu secara lebih seksama, meneliti masalah
itu dari segala macam sudut, meneliti pendapat ahli-ahli lain mengenai masalah
tersebut dan sebagainya. Itulah sebabnya sebuah tulisan ilmiah harus didahului
dengan suatu penelitian. Dengan penelitian tersebut kita semakin mengenal
hal-hal yang berada di sekitar kita, sehingga kita dapat memberi
tanggapan-tanggapan yang lebih sensitive. Kita mengembangkan pula kesanggupan
untuk melihat detail-detail dari tiap situasi yang paling utama dan menarik.
d) Kita
mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur: setiap orang selalu
beranggapan bahwa apa yang diucapkannya sudah sangat jelas. Sebab itu ia sering
heran mengapa orang-orang lain tidak dapat memahami apa yang diucapkannya.
Apakah benar ucapannya itu sudah sangat jelas dan teratur? Bila ucapannya itu
direkam kemudian diperdengarkan kembali, maka mungkin ia sangat keheran-heranan
mendengar betapa kacau bahasanya. Betapa kusut jalan pikirannya, sehingga ia
sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya tadi. Proses pemikiran dan
kebiasaan berpikir yang teratur dan logis terutama diperlukan dalam
ekspresi-ekspresi yang spontan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemahiran
berbahasa bertujuan melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua
anggota masyarakat. Ia memungkinkan
terpeliharanya tata sosial, adat istiadat, kebiasaan dan sebagainya, melalui pengkhususan
dari fungsi komunikatif tadi. Jadi yang paling utama dari kemahiran berbahasa
adalah pemakaian bahasa secara baik untuk kepentingan tiap individu dalam
masyarakat, untuk kebaikan umat manusia sendiri.
Tetapi
sejarah juga mencatat kenyataan-kenyataan yang sama sekali tidak diharapkan
umat manusia. Sejarah memperlihatkan pula bahwa kemahiran bahasa yang dimiliki
seseorang dapat disalah-gunakan untuk menghancurkan umat manusia dan
kebudayaannya. Ini bukan menjadi tujuan kita. Sebab itu pemakai bahasa tidak
saja harus memiliki kemahiran sebagai yang dimaksud, tetapi juga harus memiliki
moral yang tinggi, sehingga dapat menjadi batu timbangan dalam mengadakan
kontrol sosial terhadap anggota-anggota masyarakat, terutama bila pembicara
menduduki suatu tempat yang penting dalam masyarakat atau memegang tampuk
pimpinan suatu masyarakat.
B.
Saran-Saran
Saran-saran yang
diberikan penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Supaya
mahasiswa lebih bisa memahami aspek fungsi bahasa, dan tujuan kemahiran berbahasa,
karena hal demikian, sangat penting dalam kehidupan sosial terutama untuk
berinteraksi antar sesama masyarakat sosial
DAFTAR
PUSTAKA
Samsuri. 1991. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ali Syahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa
Indonesia. Djakarta: PT. Pustaka Rakyat.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar